5 Jalur Laut Perdagangan Utama Global di Indonesia di Masa Lalu
Geomaritim didefinisikan sebagai suatu konsep strategi yang membingkai gagasan-gagasan dan cara pandang (keilmuan) Geografi dalam memahami kondisi bentang alam, bentang budaya yang melandasi upaya perancangan aksi (planning action) mengelola maritim. Dalam konteks ini, Geomaritim diarahkan untuk mewujudkan visi Poros Maritim Dunia.
Indonesia adalah Negara maritim yang berbentuk kepulauan (archipelago state) karena hampir dua pertiga luas wilayah Indonesia adalah lautan. Secara geografis Indonesia membentang dari 60 LU sampai 110 LS dan 920 sampai 1420 BT, terdiri dari pulau-pulau besar dan kecil yang ditaburi oleh kurang lebih 13.466 pulau-pulau besar dan kecil yang membujur ± 5000 km sepanjang khatulistiwa. Luas daratan Indonesia mencapai 1.922.570 km2, dan luas perairan 6.315.222km2. Panjang garis pantai kepulauan Indonesia 99.093 km yang membuatnya menjadi Negara kepulauan dengan garis pantai terpanjang kedua setelah Kanada (Lasabua,2013).
Sejarah Kerajaan Maritim di Indonesia Pada sekitar abad ke-14 dan permulaan abad ke-15. Menurut Kenneth R Hall (1985) di Asia telah terbentuk lima zona perdagangan maritim (maritime commercial zones), yang mempengaruhi dinamika pelayaran dan perkembangan negara-negara di kawasan ini. Lima zona tersebut yaitu Teluk Bengal, Selat Malaka, Laut Cina Selatan, Laut Sulu, Laut Jawa.
- Jaringan Perdagangan Teluk Bengal. Yang meliputi pesisir Koromandel di India Selatan, Sri Lanka, Burma (Myanmar), serta pesisir utara dan barat Sumatera, meliputi pesisir Koromandel, India bagian selatan, Sri Lanka, Burma (sekarang Miyanmar), bagian utara Semenanjung Malaka serta pantai utara dan barat Sumatra. Pada abad ke-14, pantai utara dan barat Sumatra sangat penting seiring tingginya permintaan pasar dunia terhadap lada hitam. Dalam konteks ini, pelabuhan perantara (enterport) Samudera Pasai di pantai timur laut bertindak sebagai penyuplai utama lada hitam bagi pedagang dari Timur dan Barat (Hall,1985).
- Jaringan Perdagangan Selat Malaka. Jaringan ini merupakan kawasan perdagangan penting bagi dunia Melayu pada abad ke-15 dibawah pengaruh Malaka. Tampilnya Malaka sebagai pusat perdagangan terkait erat dengan perlindungan politik China, karena kawasan ini menjadi jalur pelayaran dan perdagangan laut China. Tetapi, meskipun demikian, setelah tahun 1430-an Malaka tidak lagi bergantung pada China. Bandar perdagangan internasional terkemuka di dunia itu lebih banyak berinteraksi dengan pedagang-pedagang Jawa dan Asia Tenggara lainnya (Hall,1985).
- Jaringan Perdagangan Laut Cina Selatan. Jaringan perdagangan yang meliputi pesisir timur Semenanjung Malaka, Thailand, dan Vietnam Selatan. Jaringan ini juga dikenal sebagai jaringan perdagangan Laut Cina Selatan. Meliputi pantai timur laut Semenanjung Malaka, Thailand, dan pesisir pantai Vietnam yang berada dalam perbatasan Teluk Thailand. Ayudhya merupakan kerajaan yang sangat penting dalam zona ini, terbentuk sejak awal abad ke-14. Pada abad ke-15, Ayudha telah mengekspor beras ke Melaka. Juga berperan sebagai pusat niaga maritime dengan Philipina dan China. Sebagian besar perdagangan ini dijalankan oleh orang Melayu dan muslim China yangmenetap di pelabuhan Ayudha (Hall 1985).Peta Jalur Perdagangan Indonesia Seiring Seiring Waktu (Lihat Keterangan Legenda Peta)
- Jaringan Perdagangan Laut Sulu. Jaringan perdagangan Laut Sulu, yang meliputi pesisir barat Luzon, Mindoro, Cebu, Mindanao, dan pesisir utara Kalimantan (Brunei Darussalam) meliputi pantai barat Luzon, Mindoro, Cebu, Mindanao, dan pantai utara Kalimantan. Semua kawasan itu berfungsi sebagai penghubung perdagangan antara China dengan kepulauan rempah-rempah di Asia Tenggara. Kepulauan rempah-rempah menghasilkan pala dan bunga pala, cengkih, cendana (sandalwood), dan komoditi mewah (lux) lainnya seperti nuri (parrot) dan burung-burung surga (birds of paradise) yang diperdagangkan melalui Laut Sulu ke China dan negara Thai di utara, serta Jawa dan Malaka di barat (Hall 1985). Keterlibatan pedagang China di Philipina sejak abad ke-11 dan abad ke-12 sangat mempengaruhi kegiatan niaga di zona Laut Sulu. Kemudian, dalam abad ke-14 para pedagang lokal telah melibatkan diri secara intensif dalam perdagangan impor dan pengumpulan hasil-hasil hutan yang diminati oleh pedagang-pedagang China. Dengan demikian, perdagangan di kawasan ini (secara internal dan eksternal) menstimulasi perubahan-perubahan besar bagi pedagang-pedagang China.Nomor 4 merupakan Jalur Perdagangan Laut Sulu
- Jaringan Perdagangan Laut Jawa. Jaringan Laut Jawa, yang meliputi kepulauan Nusa Tenggara, kepulauan Maluku, pesisir baratKalimantan, Jawa, dan bagian selatan Sumatera. Jaringan perdagangan ini berada di bawah hegemoni Kerajaan Majapahit. Meliputi Nusa Tenggara (Selat Sunda), Maluku, Timor, pantai barat Kalimantan, Jawa, dan bagian selatan Sumatera. Jaringan perdagangan ini dibawah hegemoni Majapahit (Hall 1985). Dalam kitab Negarakertagama terdapat sejumlah nama daerah di Nusantara yang pernah mempunyai hubungan dengan Majapahit, dalam konteks hubungan dan jaringan perdagangan maritim abad ke-14 yang menempatkan Majapahit sebagai pemegang hegemoni di Laut Jawa.
- Menjadi pusat agama Budha, pertanian dan kekuasaan di Nusantara
- Dapat menguasai negeri-negeri di seberang lautan
- Menguasai perdagangan dan pelayaran di Semenanjung Malaya, Selat Malaka dan Selat Sunda
- Menguasai perdagangan dan pelayaran dengan Mataram Kuno, Singasari dan Majapahit
- Menjadi pusat perdagangan antara Pulau Jawa dan Sumatera
Tidak ada komentar