Head Line Terkini

Indeks Konektivitas Dalam Menentukan Perkembangan Suatu Wilayah

Indeks Konektivitas adalah ukuran untuk mengetahui seberapa baik koneksi antara suatu wilayah dengan wilayah lainnya. Biasanya digunakan dalam konteks transportasi dan infrastruktur. Melalui indeks konektivitas, kita dapat mengetahui seberapa mudah atau sulit seseorang dalam mengakses berbagai wilayah.

Jenis-jenis daerah yang terkoneksi melalui jalur transportasi bisa berbeda-beda tergantung dari letak geografisnya. Ada daerah yang berada di dalam satu wilayah atau kota yang dilintasi oleh jalur transportasi tertentu. Ada juga daerah yang berada di wilayah yang berbeda yang terhubung oleh jalur transportasi tertentu. Kelompokkan daerah yang terkoneksi merupakan langkah awal dalam menghitung indeks konektivitas.

Keuntungan dari mengetahui indeks konektivitas adalah dapat membantu dalam merencanakan pembangunan dan pembangunan kota. Dengan mengetahui indeks konektivitas, kita dapat memilih jalur transportasi yang paling optimal dalam menghubungkan suatu daerah dengan daerah lain, sehingga biaya dan waktu yang diperlukan pun bisa lebih efektif.

indeks konektivitas dapat membantu dalam meningkatkan ekonomi suatu daerah. Karena semakin efektifnya transportasi, maka semakin mudah pula produk-produk bagus dari suatu daerah dijual dan didistribusikan ke daerah lain. Hal tersebut pun dapat meningkatkan pendapatan suatu daerah.

Penguatan konektivitas wilayah merupakan salah satu strategi yang ditempuh dalam rangka percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi. Dalam mencapai keberhasilan pembangunan maka diperlukan tercapainya kondisi konektivitas yang ideal sehingga dapat mendukung perkembangan wilayah sehingga pemerataan pembangunan dapat tercapai. 

Penguatan konektivitas wilayah merupakan salah satu strategi yang ditempuh dalam rangka percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi (Muta’ali, 2015). 

Terdapat tiga prinsip konsep konektivitas antara lain : 

  1. Memaksimalkan pertumbuhan melalui kesatuan kawasan, bukan keseragaman (inclusive development) dengan menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan.
  2. Memperluas pertumbuhan melalui konektivitas wilayah-wilayah melalui inter-moda supply chain system yang menghubungkan hinterland dan yang tertinggal dengan pusat-pusat pertumbuhan. 
  3. Mencapai pertumbuhan inklusif dengan menghubungkan daerah terpencil dengan infrastruktur dan pelayanan dasar dalam mendapatkan manfaat pembangunan.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi besar atau kecilnya suatu indeks konektivitas wilayah antara lain : 

  1. Tersedianya jaringan jalan antar daerah baik kondisi maupun jenis jalan yang mendukung dalam mengakses wilayah (Marbun, 1985:86)
  2. Keefektifan sistem jaringan yang dapat di akses oleh penduduk setempat (Mokogunto, 1997:54). 

Indeks konektivitas adalah perbandingan antara jumlah satuan permukiman (kota) dalam suatu wilayah dengan jumlah jaringan sistem transportasi (jalan) yang menghubungkan kota tersebut dengan wilayah atau kota-kota lainnya.

Data yang dibutuhkan untuk mengukur indeks konektivitas adalah jumlah jalan penghubung antar kecamatan dan antar desa.

Perhitungan indeks konektivitas menggunakan rumus:

𝛽 = 𝑒/𝑉

Keterangan:

𝛽 = Indeks konektivitas

e = Jumlah jaringan transportasi (jalan) yang menghubungkan satuan pemukiman (kota)

V = Jumlah satuan pemukiman di suatu wilayah

Hammond membuat batasan nilai beta dan menghubungkan dengan perkembangan wilayah sebagai berikut:

Jika β>1, menunjukan advanced ekonomies (wilayah maju).

Jika β<1, menunjukan backward ekonomies (wilayah terbelakang dan belum berkembang).

Contoh Terapan
Perhatikan Gambar Sistem Jaringan 2 Wilayah Berikut ini

Pertanyaan :
Manakah Wilayah Yang Lebih Maju dan berapakah Indeks Konektivitas kedua wilayah tersebut ?

Penyelesaian WILAYAH A
𝑒 = 5  dan 𝑉 = 3

𝛽 = 𝑒/𝑉 = 5/3 = 1,67

Penyelesaian WILAYAH B
𝑒 = 3  dan 𝑉 = 4

𝛽 = 𝑒/𝑉 = 3/4 = 0,75

KESIMPULAN

WILAYAH

Nilai Indeks Konektivitas

Kelas Perkembangan wilayah

A

1,67

Wilayah Maju

B

0,75

Wilayah terbelakang dan Belum Berkembang


Pada Transportasi Laut dan Udara Kita dapat menggunakan Parameter jumlah atau Frekuensi Armada Mingguan yang Beroperasi di suatu wilayah sebagai Logika Hitung sederhana.
Contoh Terapan Soal :
Terdapat 3 Kapal Aktif beroperasi pada Kota Namlea-Ambon setiap harinya sedangkan namrole Kapal Aktif beroperasi hanya 1 Kapal dimana 2 kali Bolak balik setiap seminggu.
Berapakah Nilai Indeks Konektivitas kedua kota Kabupaten tersebut terhadap Kota Provinsi ?
NAMLEA-AMBON
3 x 7 = 21 kali bolak balik / Minggu
jadi 21/2  = 11,5 

NAMROLE-AMBON
2 kali bolak balik / Minggu
2/2 = 1

Selisih Interaksi = 11,5 - 1 = 10,5
Jadi Peluang Namlea Lebih Maju diestimasi sekitar 10,5 kali Lebih besar di Banding Namrole 

Hal itu menyebabkan banyak Investasi seperti Pertashop, AlfaMart, AlfaMidi dan lainnya lebih berpusat di Kota Namlea dan sekitar Kabupaten Buru di banding Kota Namrole yang merupakan Kabupaten Buru Selatan.


Berikut adalah urutan kota terbesar di Indonesia : 
  1. Jakarta, DKI Jakarta
  2. Surabaya, Jawa Timur
  3. Bandung, Jawa Barat
  4. Medan, Sumatra Utara
  5. Makassar, Sulawesi Selatan
Gambar Tol Laut Kota Surabaya yang Menjangkau Kawasan Indonesia Timur (Zona Pembangunan Utama D) Yang menyebabkan Surabaya sebagai Kota di Urutan ke-2 di Indonesia sebagai Kota Terbesar dan Lebih Besar di Banding Kota Makasar Sebagai Kota Utama Pusat Pertumbuhan di Zona D (Kawasan Timur)
Pada Bagian ini Bagaimana Kita Melihat Perencanaan Pusat Sistem Transportasi Laut/Darat dan Udara  suatu kawasan berpengaruh terhadap Ukuran Kota Surabaya di Jawa Timur yang menandai Percepatan Pembangunan kota di segala Sektor dan Pemusatan Investasi pada suatu Kota.
Untuk Melihat Tingkat Kesibukan Transportasi Laut Real Time di Berbagai wilayah di Indonesia dan Dunia Silahkan 👉KLIK DISINI👈

Tidak ada komentar