Head Line Terkini

Generasi Baru Sistem Deteksi Tsunami InaTNT di Indonesia

Gempa tektonik menjadi pemicu hingga 90% kejadian tsunami yang pernah terjadi di bumi ini. Selain gempa tektonik (non-tektonik), tsunami dapat disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk letusan gunung berapi, tanah longsor atau serangan meteor ataupun Misil yang sengaja menciptakan Tsunami Buatan. Deteksi penyebab tsunami non-tektonik cukup kompleks dan sulit untuk dimodelkan dalam kaitannya dengan potensi tsunami secara real time.

Tsunami yang melanda Selat Sunda pada 22 Desember 2018 membuka mata kita bahwa ancaman tsunami dari sumber non-tektonik masih ada dan bisa terjadi kapan saja. Saat itu, runtuhnya material tubuh gunung seluas 64 hektar akibat letusan eksplosif Gunung Anak Krakatau menyebabkan gelombang tsunami yang menghantam sejumlah pantai di pinggiran Selat Sunda (We, 2018). Dahsyatnya tsunami ini menyebabkan kerugian material dan korban jiwa yang cukup besar. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat korban meninggal dunia akibat tsunami di Selat Sunda mencapai 437 orang, sebanyak 2.752 rumah rusak, 92 penginapan dan warung rusak, 510 perahu dan kapal rusak, serta 147 kendaraan rusak (Farisa, 2018).

Peristiwa tsunami pada 22 Desember 2018 tidak didahului oleh gempa tektonik dan murni disebabkan oleh longsoran akibat vulkanisme. Praktis, BMKG InaTEWS (Indonesia Tsunami Early Warning System), yang dirancang untuk mendeteksi tsunami akibat gempa tektonik, tidak mampu mendeteksi tsunami dengan karakteristik seperti itu. BMKG baru bisa mengkonfirmasi kejadian tsunami ini dalam bentuk siaran pers resmi setelah kurang lebih 1,5 jam dari waktu kejadian sebenarnya. Konfirmasi dilakukan dengan melakukan pengecekan data mareogram peralatan Tide Gauge di Selat Sunda secara manual melalui website Badan Informasi Geospasial (BIG).

Melihat Ancaman Tsunami Non Tektonik tersebut, BMKG telah mulai merintis pengembangan Sistem Peringatan Dini Tsunami Non-Tektonik atau dikenal sebagai InaTNT (Indonesia Tsunami Non-Tectonic) untuk mengatasi masalah besar ini yang diharapkan Menjadi Langkah Maju dalam Pengembangan Sistem Informasi Tsunami di Indonesia.

InaTNT merupakan sistem prosesing tsunami terpadu yang berfungsi memonitor dan mendeteksi anomali perubahan muka laut dengan algoritma detector  fitur penting dalam deteksi dini tsunami mengindikasikan terjadinya tsunami yang tercatat oleh sensor observasi muka laut yang dimiliki oleh BMKG, BIG dan BRIN di seluruh Indonesia.

Gambar Sistem Kerja InaTNT sebagai Sistem Deteksi Tsunami

Data pengamatan muka air laut dari sejumlah sumber eksternal dalam Sistem InaTEWS BMKG yang ada, belum terintegrasi ke dalam suatu sistem atau tampilan visual terintegrasi sehingga upaya pemantauan tsunami kurang efisien. Oleh karena itu, ini adalah langkah besar pertama yang menjadi target yang harus diambil.  InaTNT mengintegrasikan data pengamatan ketinggian laut dari perangkat Tide Gauge, Buoy, HF Radar, IDSL dan Automatic Weather Station (AWS) Water Level dari pemangku kepentingan internal dan eksternal BMKG. Seluruh data pengamatan muka air laut dari berbagai sumber eksternal diintegrasikan melalui mekanisme pull data oleh server InaTNT BMKG Pusat melalui internet.
Sistem ini terutama bertindak sebagai head-up bagi operator InaTEWS untuk segera merespon dan memvalidasi apakah peristiwa anomali permukaan laut yang terjadi benar-benar gelombang pasang yang mengindikasikan tsunami dan cross-check dengan data seismik dan segera mengeluarkan diseminasi peringatan dini tsunami non-tektonik melalui format diseminasi khusus. Sistem ini terhubung dengan peringatan alarm utama di ruang operasional InaTEWS yang dapat berbunyi sewaktu-waktu jika ditemukan indikasi tsunami secara otomatis.

InaTNT pada prinsipnya, mendeteksi atau memindai keberadaan anatomi sinyal yang mengindikasikan anomali permukaan laut yang mengindikasikan tsunami, mengadopsi metode deteksi gempa otomatis yang teruji, yaitu metode STA/LTA. Hasil deteksi pada sistem InaTNT kemudian disempurnakan menggunakan metode AIC Picker untuk mendapatkan waktu kedatangan tsunami yang lebih tepat di lokasi tertentu. Hal ini menjadi sangat penting ketika akan diterapkan pada pencarian sumber tsunami dengan menggunakan metode Back Propagation. Pemicu juga akan mengaktifkan peringatan suara di ruang operasional InaTEWS dan juga memberikan pemberitahuan pada tampilan web.

Sistem InaTNT ini sepertinya juga terintegrasi dengan Layanan Regional antar Negara Lain dalam pemantauan Tsunami di Kawasan Samudera Hindia dan Samudera Pasifik Barat Untuk Penguatan Sistem Informasi Tsunami Jarak Jauh. Hal tersebut tercermin pada Sebaran Alat Deteksi seperti pada Gambar Berikut ini yang di Ambil Langsung dari Sistem InaTNT BMKG
Gambar Sebaran Alat Deteksi Tsunami Terintegrasi InaTNT  di Kawasan Indonesia, Kawasan Pasifik Barat dan Kawasan Samudera Hindia

Sistem ini Juga telah terintegrasi dengan Data Gempa Bumi di INATEWS BMKG sehingga Sistem Ini Benar-benar telah Menjadi Sistem Deteksi dan Peringatan Dini Tsunami baik Akibat Tektonik dan Tsunami Non Tektonik.
Gambar Sebaran Alat Deteksi Tsunami Terintegrasi InaTNT  di Kawasan Indonesia dan Integrasi Sistem Gempa Bumi INATEWS BMKG pada Sistem InaTNT

Dengan Demikian Sistem InaTNT ini adalah teknologi Baru Dalam Penyempurnaan Sistem Deteksi dan Peringatan Tsunami di Indonesia.
Diharapkan sistem InaTNT ini Dapat Memberikan Informasi Layanan Peringatan Tsunami Efektif dalam Memitigasi Dampak Bencana Tsunami Indonesia di Masa Depan.

Tidak ada komentar