Waktu Kejadian Upwelling dan Potensi Perikanan Di Perairan Indonesia
Artikel ini di Tulis sebagai Pendalaman Materi Hidrosfer Perairan Laut pada Geografi Fase E Kelas X
Arus laut yang bergerak naik akan membawa nutrisi dari perairan dalam ke permukaan. Di tempat itulah akan berkumpul fitoplankton yang selanjutnya mengundang kehadiran ikan. Itu sebabnya pemodelan pola arus laut dapat memetakan daerah potensial perikanan tangkap.
Informasi daerah potensial perikanan tangkap sangat berguna bagi nelayan. Untuk memenuhi kebetuhan tersebut maka tim peneliti dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Laut dan Pesisir melakukan pemodelan pola arus laut di seluruh Perairan Indonesia.
Arus laut bergerak secara horizontal dan vertikal. Pergerakannya sangat dipengaruhi oleh angin, pasang surut, suhu dan salinitas air laut, gaya corriolis serta bentuk dasar laut (batimetri). Pemodelan arus yang telah dilakukan tidak menyertakan faktor suhu dan salainitas, yaitu dikenal dengan arus barotropik. Data yang digunakan adalah data Bulan Januari, April, Agustus, Oktober Tahun 2007 sebagai wakil dari Musim Barat, Musim Peralihan I, Musim Timur dan Musim Peralihan II. Arus laut yang bergerak naik, dikenal sebagai upwelling dirata-ratakan dan dipetakan untuk setiap bulan. Peta upwelling inilah yang akhirnya dapat menggambarkan daerah potensial perikanan tangkap.
Hasil penelitian ditunjukkan pada peta upwelling di bawah ini. Pada Bulan Januari, upwelling lebih banyak muncul di Indonesia Timur. Sementara di Indonesia Barat dapat dikatakan tidak ada upwelling. Perairan yang mengalami upwelling diantaranya adalah Selat Ujung Pandang, Teluk Tomini, Teluk Tolo, Teluk Bone, di sekitar Kepulauan Talaud, utara Bali, barat dan selatan Pulau Lombok, utara Pulau Sumbawa sampai Selat Sape, utara Pulau Flores, Pulau Adonara, Pulau Siantar, Pulau Alor, Pulau Sumba, Pulau Timor, Laut Sawu sampai perairan sekitar Pulau Roti dan Pulau Sawu, timur laut Pulau Seram sampai tenggara Kepulauan Sula, utara dan timur laut Pulau Buru, utara Kepulauan Sula sampai perairan Bitung.
Pada Bulan April, upwelling di Indonesia timur mulai berkurang luasnya, dan di selatan Jawa mulai muncul upwelling. Pada Bulan Agustus, upwelling di perairan selatan Jawa meluas sampai perairan barat Sumatera yaitu Teluk Bayur. Sementara upwelling di Indonesia timur, intensitasnya menjadi menguat. Pada Bulan Oktober, upwelling dari selatan Jawa tetap muncul. Sementara upwelling di barat Sumatera semakin meluas ke arah utara. Upwelling ini meluas dari perairan sekitar Pulau Enggano, barat Kepulauan Mentawai, Kepulauan Batu, Pulau Nias dan Pulau Simeulue. Sedangkan di Indonesia Timur keberadaan upwelling tetap terlihat dengan nilai intensitas yang lebih kecil jika dibandingkan dengan Bulan Agustus.
Verifikasi kuantitatif melengkapi penelitian ini. Cara yang ditempuh adalah dengan membandingkan elevasi permukaan laut hasil pemodelan dan elevasi observasi. Dua titik uji diperoleh dari data lapangan DART (diunduh dari website National Data Buoy Center, National Oceanic and Atmospheric Administration). Kesalahan elevasi model rata-rata terhadap elevasi observasi tidak lebih dari 11,735 cm. Verifikasi ini menunjukkan bahwa elevasi model sudah mendekati elevasi observasi.
Selain melakukan verifikasi kuantitatif, penelitian ini juga dilengkapi dengan verifikasi kualitatf. Hal yang ditempuh adalah dengan membandingkan pemodelan upwelling penelitian lain. Makarim dkk (2010) dalam penelitiannya menyatakan bahwa temperatur yang dingin di sepanjang selatan Jawa terjadi pada Bulan Agustus 2007 yang meluas sampai barat Sumatera. Temperatur yang dingin ini semakin meluas di daerah tersebut pada Bulan Oktober 2007. Temperatur yang dingin menunjukkan lokasi upwelling karena arus ini membawa massa air laut yang dingin dari perairan dalam ke permukaan. Hal ini sesuai dengan hasil pemodelan pola arus yang telah dilakukan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum potensi tertinggi perikanan tangkap kita berada di Indonesia timur. Pada setiap musim, perairan di Indonesia Timur masih menunjukkan keadaan upwelling walaupun dengan intensitas yang berbeda-beda. Sementara di Indonesia Barat, upwelling muncul pada Bulan April, itupun hanya sedikit di selatan Jawa. Sementara di Bulan Agustus mulai muncul di barat Sumatera. Keadaan ini bertahan sampai Bulan Oktober.
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa potensi perikanan di Indonesia memuncak pada Bulan Agustus. Dan, wilayah yang berpotensi tinggi untuk perikanan tangkap adalah perairan Indonesia Timur. Hal ini sesuai dengan fakta di lapangan. Dengan demikian pemodelan pola arus dapat dipakai sebagai informasi awal dalam penentuan daerah potensi perikanan tangkap bagi nelayan.
Tidak ada komentar