Geologi Maluku dan Ancamannya
Secara Spesifik Kawasan Provinsi Maluku merupakan zona Pertemuan antar Lempeng Mikro dan Makro diantaranya :
- Lempeng Laut Banda yang mencakup : Daratan SERAM, AMBON, BANDA dan Kepulauan KEI Maluku Tenggara.
- Lempeng Timor yang mencakup : Pulau YAMDENA, TEPA, LAKOR, hingga WETAR
- Lempeng Indo-Australia yang mencakup : Kepulauan ARU
- Lempeng Kepala Burung yang mencakup : Laut SERAM Hingga Manokwari dan Sorong Papua
- Lempeng Laut Maluku yang mencakup : Pulau BURU Hingga SANANA TALIABU
Maluku Selatan secara geomorlogi merupakan Busur Banda, yaitu sistem kepulauan yang membentuk busur mengelilingi tapalkuda basin Laut Banda yang membuka ke arah barat. Sistem Kepulauan Maluku Selatan dibedakan menjadi busur dalam yang vulkanis dan busur luar yang non vulkanis. Busur dalam terdiri dari pulau-pulau kecil (kemungkinan puncak gunungapi bawah laut/seamount) seperti Pulau Damar, Pulau Teun, Pulau Nila, Pulau Serua, Pulau Manuk dan Kepulauan Banda. Sedangkan busur luar terdiri dari beberapa pulau yang agak luas dan membentuk kompleks-kompleks kepulauan antara lain Kepulauan Leti, Kepulauan Babar, Kepulauan Tanimbar, Kepulauan Aru, Kepulauan Kai, Kepulauan Watu Bela, Pulau Seram, dan Pulau Buru. (Sumardi, dkk. 2011)
Karakteristik geologi Provinsi Maluku adalah terdiri dari batuan sedimen, batuan metamorfik dan batuan beku dengan penyebaran yang hampir merata di setiap gugus pulau. Hal ini dipengaruhi oleh klasifikasi umur pulau/kepulauan yang terbentuk pada 50 - 70 juta tahun yang lalu, pada periode Neogeon sampai Paleoceen. Karakteristik tersebut juga dipengaruhi oleh letak Maluku diantara lempeng bumi Indo-Australia, Pasifik, Laut Filipina dan Laut Banda, sehingga memberikan sebaran beberapa gunung api baik yang masih maupun sudah tidak aktif lagi. (Amarullah dan Tobing ; 2005)
Maluku Selatan secara geologi merupakan Busur Banda, yaitu sistem kepulauan yang membentuk busur mengelilingi tapal kuda basin Laut Banda yang membuka ke arah barat. Sistem Kepulauan Maluku Selatan dibedakan menjadi busur dalam yang vulkanis dan busur luar yang non vulkanis.
- Busur dalam vulkanis
Terdiri dari pulau-pulau kecil (kemungkinan puncak gunungapi bawah laut/seamount) seperti Pulau Damar, Pulau Teun, Pulau Nila, Pulau Serua, Pulau Manuk dan Kepulauan Banda.
- Busur luar non vulkanis
Terdiri dari beberapa pulau yang agak luas dan membentuk kompleks-kompleks kepulauan antara lain Kepulauan Leti, Kepulauan Babar, Kepulauan Tanimbar, Kepulauan Aru, Kepulauan Kai, Kepulauan Watu Bela, Pulau Seram, dan Pulau Buru.
Maluku merupakan salah satu daerah rawan gempa dan tsunami karena terletak pada pertemuan tiga lempeng besar, yakni Lempeng Pasifik, Indo-Australia, dan Eurasia. Lempeng Indo-Australia masuk ke bawah Eurasia, bertemu dengan Lempeng Pasifik mengakibatkan patahan tidak beraturan sehingga menyebabkan Maluku masuk ke dalam wilayah rentan gempa. Adapun daerah-daerah rawan gempa di Maluku, yaitu bagian Tenggara, Pulau Ambon, Seram, dan Buru.
Maluku termasuk ke dalam wilayah yang memiliki tingkat kerawanan bencana gempa bumi karena letaknya di atas tiga lempeng dunia. Hal itu menghasilkan terbentuknya tatanan geologi yang kompleks. Sebagian wilayah Maluku merupakan bagian dari Lempeng Eurasia, yang bergerak relatif ke arah tenggara dan berinteraksi dengan Lempeng Indo-Australia yang bergerak relatif ke arah utara Lempeng Pasifik yang bergerak relatif ke arah Barat. Zona pertemuan ketiga lempeng itu membentuk palung yang memiliki kedalaman antara 4.500 – 7.000 meter yang disebut dengan Zona Subduksi.
Sebagai dampak dari interaksi Lempeng Eurasia, Pasifik, dan Indo–Australia, aktivitas tektonik di Provinsi Maluku jadi kompleks dan rumit. Ini juga yang mengakibatkan terbentuknya patahan-patahan di Pulau Maluku, yang berarah barat-timur, barat laut–tenggara, utara–selatan, dan barat daya–timur laut.
Selain itu, akibat pertemuan ketiga lempeng tersebut, Maluku dan Laut Banda dilabeli kawasan zona rawan tsunami. Sebanyak 30 persen tsunami yang terjadi di Indonesia terjadi di wilayah Laut Maluku dan Laut Banda ini.
Catatan sejarah Catalogue of Tsunamis on The Western Shore of the Pacific Ocean dan catatan sejarah tsunami lainnya, menginformasikan bahwa antara tahun 1600–2015 terdapat lebih dari 85 peristiwa tsunami terjadi di wilayah Maluku. Dalam kurun waktu yang sama, tercatat tsunami di Indonesia telah terjadi sebanyak 210 kejadian. Sehingga kurang lebih 40 persen kejadian tsunami di Indonesia terjadi di wilayah Maluku.
Sejumlah 40 persen kejadian Gempa Bumi terpusat di Maluku. Foto: UNESCO/IOC, 2016
Kondisi geologi Pulau Seram ini didominasi oleh batuan berumur pra-tersier. Batuan berumur tersier dan kuarter ditemukan di wilayah utara Pulau Seram dan Pulau Banda (Ambon). Gempa bumi ini dirasakan kuat oleh para penduduk dikarenakan di daerah pusat gempa, batuan penyusunannya terdiri dari batuan vulkanik dan alluvium berumur kuarter serta batuan sedimen berumur tersier yang mengalami pelapukan, sehingga efeknya kuat ketika ada guncangan terjadi.
Pulau Seram merupakan suatu kompleks mobile belt di bagian barat Busur Banda dan merupakan wilayah pertemuan antara Kerak Benua Australia, Kerak Benua Eurasia, dan Kerak Samudera Pasifik. Adapun dua sistem yang membatasi Pulau Seram, yaitu sistem sesar di bagian utara Sorong dan sesar Tarera–Aiduna di bagian selatan.
Konfigurasi Pulau Seram dibentuk mulai dari sesar-sesar naik bersudut lancip hingga sesar mendatar. Seram memiliki tatanan tektonik yang kompleks, yang pada umumnya berupa sesar naik dan sumbu antiklin yang berarah barat laut–tenggara, mengindikasikan bahwa deformasi pada daerah ini dipengaruhi oleh kompresi yang berarah timur laut–barat daya.
Sebagian besar penelitian dilakukan atas kejadian tsunami yang terjadi diakibatkan oleh gempa bumi, khususnya yang berasal dari Laut Seram dan Laut Banda. Berdasarkan sumber terjadinya gempa bumi yang berpotensi menimbulkan tsunami atau tatanan tektoniknya, wilayah Maluku dapat dibedakan menjadi tiga (UNESCO/IOC 2016):
- Wilayah Laut Maluku (Maluku Utara)
- Wilayah Laut Seram
- Wilayah Laut Banda (Ambon dan Banda Naira, serta busur Kepulauan Maluku Tenggara, dan Maluku Barat Daya)
Selain mendapatkan ancaman tsunami lokal, Maluku Utara dan Maluku memiliki ancaman tsunami jarak jauh, yang dapat diakibatkan oleh sumber gempa yang berasal dari Lempeng Filipina, Jepang, dan Samudera Pasifik.
Tidak ada komentar