Sesar Baribis merupakan sesar aktif yang membentang dari Purwakarta, Karawang, Bekasi, sebelah selatan Jakarta, Tangerang, hingga berakhir di Banten dengan
Peta Jalur Sesar baribis yang memasuki bagian selatan DKI Jakarta
Peta Pola Struktur Sesar Regional di Pulau Jawa bagian Barat (Haryanto, 2014)
Di Jawa Barat, terjadi beberapa gempa tektonik yang berasal karena aktivitas sesar, diantaranya adalah Sesar Cimandiri, Sesar Baribis, Sesar Citanduy dan Sesar Lembang. Salah satu sesar yang diperkirakan aktif adalah Sesar Baribis. Sehubungan dengan hal tersebut telah dipasang 3 seismometer di 3 desa yaitu: Desa Jatigede di Sumedang, Dusun Anggrawati dan Desa Sinar Galih keduanya berada di Kabupaten Majalengka. Tujuan kajian ini adalah mendeteksi adanya gempabumi mikro yang terjadi di jalur Sesar Baribis menggunakan metode Microearthquake (MEQ), sebagai langkah verifikasi secara faktual di lapangan sehingga tingkat aktivitas yang berlangsung pada jalur Sesar Baribis tersebut dapat diketahui. Hasil dari perekaman Microearthquake (MEQ) menunjukkan jumlah kejadian gempa yang terekam selama 60 hari adalah 46 gempa dari skala 0,1 Mw hingga 3,2 Mw. Kedalaman gempa terdangkal adalah 1 km dan yang terdalam adalah 85 km. Sumber gempa dominan adalah pada Zona Sesar Baribis dengan kedalaman gempa kurang dari 50 km. Arah dan rezim gaya yang tercatat dari perhitungan momen tensor memperlihatkan sesar naik dan sesar geser. Berdasarkan kedalaman data perekaman MEQ dan pengamatan permukaan, Zona Sesar Baribis diperkirakan adalah sesar aktif.
Salah satu sesar yang diperkirakan aktif di wilayah Jawa Barat adalah Zona Sesar Baribis yang berada di daerah Kabupaten Majalengka (Gambar 2). Hal ini dapat ditunjukkan dengan adanya gempabumi pada tahun 1990 (5,5 Moment Magnitude / Mw) dan 2001 (5 Mw) yang bersifat destruktif, sehingga menyebabkan banyaknya kerusakan infrastruktur dan pemukiman penduduk serta terjadinya longsor besar di beberapa lokasi.
Sesar Baribis merupakan sesar muda (pola Jawa) yang terbentuk pada periode tektonik Pliosen-Plistosen dan diyakini masih aktif hingga sekarang (Pulungggono dan Martodjojo, 1994 dalam Haryanto 2004). Kelompok sesar berarah barat-timur umumnya berjenis sesar naik dan merupakan struktur dominan diantara jenis sesar lainnya mengacu kepada model struktur Boyer dan Elliote (1970) maka geometri Sesar Baribis termasuk kedalam jenis Imbricated Trailling Fault (Helmi & Haryanto 2008). Pola struktur Sesar Baribis terbentuk pada lingkungan belakang busur (Back Arc Thrusting) dengan posisi paling utara (lihat Gambar 3) (Simandjuntak, 1992).
Profil skema tektonik Jawa (Simandjuntak, 1992)
Aktivitas gempa Dangkal hingga Sangat dangkal di jalur Sesar baribis
Perhatikan bahwa bagian barat Sesar Baribis memiliki tingkat kompresi yang tinggi dan lebih sedikit gempa dibandingkan dengan bagian timur, yang mungkin terkait dengan penguncian patahan dengan Jumlah aktivitas kegempaan yang lebih sedikit.
Zona seismic gaps ini menghadap langsung Kota Jakarta di Utaranya. Zona seismic gaps berkorelasi dengan tingkat kompresi yang tinggi, dan dimungkinkan akan menjadi sumber gempa kuat di masa depan.
Perhitungan Frekuensi Kumulatif dan Periode Ulang Gempabumi di Zona Sesar Baribis
Siska Febyani, dkk Tahun 2020
Zona Sesar Baribis diperkirakan adalah sesar aktif, terutama pada segmen bagian utara. Sesar ini diklasifikasikan menurut UBC tahun 1997 adalah Sesar Aktif Tipe C. Dikarenakan momen magnitudonya sebesar 6.5 Mw.
Kecepatan pergerakan Sesar ini 2 mm/tahun hingga 1 cm/tahun (Meilano, dkk, 2012).
Sumber lain menyebut Diduga sesar ini memiliki panjang struktur 100 km yang terbagi dalam segmen-segmen dengan panjang bervariasi dan menyimpan potensi gempa mencapai Mw 7 dengan dengan laju geser 5 mm/tahun.
Kajian Resiko Gempa Bumi di kawasan DKI Jakarta menunjukan 6.640.314 JIWA PADA 6 KABUPATEN DENGAN LUAS 63.402 HA MEMILIKI RESIKO TINGKAT SEDANG HINGGA TINGGI DAN ESTIMASI KERUGIAN FISIK MENCAPAI 11.303.089 MILYAR RUPIAH DAN RESIKO EKONOMI 487.542 MILYAR RUPIAH
DATA KERENTANAN AKIBAT GEMPA BUMI DI DKI JAKARTADATA TINGKAT BAHAYA AKIBAT GEMPA BUMI DI DKI JAKARTA
Sebagai penutup : Pada Tanggal 2 November 1969 Gempa 5,4 SR di sisi barat Waduk JatiLuhur dengan kedalaman 57 km. Sumber : INATEWS BMKG
Dalam sejarahnya, bangunan-bangunan besar di Batavia pernah luluh lantak oleh gempa merusak berkekuatan Mw >7.0 yang diduga terkait aktifitas Sesar Barbiris pada 5 Januari 1699, 22 Januari 1780 dan pada 10 Oktober 1834.
Gempa 5 Januari 1699, mengguncang selama “tiga perempat jam" (Coolhaas VI: 49-50), merusak gedung-gedung di Batavia, mengakibatkan puluhan korban jiwa dan longsor di Ciliwung. Runtuhnya bangunan secara signifikan juga dilaporkan terjadi di Banten sampai Lampung.
Pada 22 Januari 1780, gempa ini dianggap sebagai salah satu terbesar yang pernah melanda Jawa (Musson, 2012; Albini et al.,2013). Gempa terasa di seluruh Jawa khususnya di Jawa Barat sampai Sumatera bagian tenggara. Gempa menyebabkan banyak gudang dan rumah runtuh di Jakarta, disusul dentuman terdengar dari Gunung Salak 2 menit setelah gempa dan Gunung Gede turut mengeluarkan asap (Harris and Major, in press).
10 Oktober 1834. Berawal dari serangkaian guncangan kecil pada dini hari yang dirasakan di Batavia hingga Banten, lalu disusul gempa sangat kuat di pagi hari yang terasa sampai Tegal dan Lampung. Musson (2012) menduga magnitudo gempa besarnya mencapai MW > 7.0. Gempa ini meratakan sebagian besar bangunan di Buitenzorg (Bogor lama). Gempa juga meruntuhkan banyak rumah dan gedung berdinding batu, termasuk Istana Bogor, yang dulu bernama Puri Buitenzorg dan Paleis van Daendels/Het Groot Huis yang kini jadi Gedung Kementerian Keuangan RI.
Gempa merusak di Karawang pada 24 Mei 1862 dengan dampak kerusakan saat itu mencapai skala intensitas VI MMI yang merusak sejumlah rumah dan bangunan, diduga berpusat di jalur sesar naikPada 28 Januari 1833 jam 05:00:00 UTC gempa (Belum diketagui magnitudo) mengguncang jakarta Selatan DKI Jakarta dan dirasakan Jakarta : VII - VIII MMI juga menyebabkan korban Luka dan Merusak Rumah warga
Dalam Cuitan @DaryonoBMKG
Gempa dirasakan yang berpusat di Jonggol dan Bekasi ini menjadi bukti adanya sumber gempa sesar aktif dekat Jakarta, Bogor dan Bekasi
ARTIKEL INI DI TULIS UNTUK KEPENTINGAN PENDIDIKAN KEBENCANAAN !!!
REFERENSI :
- https://www.nature.com/articles
- INARISK BNPB
- Bulletin of Scientific Contribution GEOLOGY UNIVERSITAS PADJADJARAN Volume 18, April 2020
- https://twitter.com/Jogja_Uncover/status/1541009144031084545
Lihat Juga Update Info di bawah
Tidak ada komentar