Head Line Terkini

Budidaya Mangrove dalam Mitigasi Energi Tsunami Kawasan Pesisir

Dalam pemetaan gempa, wilayah pesisir Indonesia termasuk rawan terhadap bahaya tsunami. Ismail (1982) dan Kertapati (1991) dalam Diposaptono dan Budiman (2005), telah menetapkan sekitar 89 daerah rawan tsunami yang tersebar di seluruh Indonesia, mulai dari barat Pulau Sumatera, selatan Pulau Jawa, selatan Pulau Bali, selatan Sumbawa, selatan dan utara Flores, pulaupulau di Maluku Utara, sebagian di selatan Papua, dan utara Pulau Sulawesi.

Upaya yang dapat dilakukan adalah

  1. mencegah perkembangan permukiman di wilayah pesisir, yang berbatasan langsung dengan laut. Berkenaan dengan hal ini maka pemerintah harus mempersiapkan model tata ruang yang memasukkan unsur resiko tsunami, 
  2. membuat zona penyangga, dengan tanaman mangrove ataupun tanaman pantai lainnya seperti cemara pantai (Casuarina equisefolia), nyamplung (Calophyllum sp.), dan ketapang (Terminalia catappa).

Hutan mangrove, dalam skala ekologis merupakan ekosistem yang sangat penting, terutama karena daya dukungnya bagi stabilitas ekosistem kawasan pesisir. Kestabilan ekosistem mangrove akan mempunyai pengaruh yang sangat luas terhadap kelestarian wilayah pesisir. Mangrove sebagai ekosistem hutan, memiliki sifat dan ciri yang sangat khas, tumbuh pada pantai berlumpur dan muara sungai.

Dalam rangka mengurangi bahaya tsunami, dan sekaligus untuk melindungi wilayah pesisir dari ancaman abrasi, angin laut, penyusupan air asin ke arah daratan, menyerap bahan pencemar, serta mempertahankan produktivitas pantai dan laut, perlu dibuat zona perlindungan wilayah pesisir dengan pembangunan hutan mangrove ataupun hutan pantai. Peran hutan mangrove bagi stabilitas wilayah pesisir, semakin kuat dibahas setelah terjadi tsunami 26 Desember 2004. Banyak kalangan semakin menyadari akan pentingnya hutan mangrove sebagai pelindung wilayah pesisir dari berbagai ancaman bencana alam, termasuk tsunami.

Gambar Bagaimana Pantai Dilindungi Mangrove dan Tidak Terlindungi terhadap Tingkat Dampak Permukiman Pesisir.

Kegiatan struktur/ fisik untuk mitigasi terhadap jenis bencana tsunami meliputi :

  • penyediaan sistem peringatan dini dalam penelitian ini dilakukan dengan vegetasi pantai seperti ekosistem mangrove.
  • penggunaan bangunan peredam tsunami, 
  • penyediaan fasilitas penyelamatan diri, 
  • penggunaan konstruksi bangunan ramah bencana tsunami, 
  • penyediaan prasarana dan sarana kesehatan, 
  • vegetasi pantai dan 
  • pengelolaan ekosistem pesisir (ayat 2 Pasal 15 PP No 64 tahun 2010).

Menyikapi Pasal 15 No 64 tahun 2010 dalam ayat 2 huruf f usaha mitigasi

yang dilakukan di daerah pengabdian menitik beratkan pada ekosistem mangrove dalam mereduksi tsunami. Tsunami dapat direduksi dengan ekosistem mangrove dengan cara menanam sabuk hijau (green belt) (Coachard et al. 2008). Mangrove tanaman yang banyak dijumpai di pantai-pantai daerah tropik dan dapat hidup pada kondisi air payau, salinitas tinggi, dan pasir lumpur. Mangrove yang tumbuh pada substrat yang memiliki bagian dasarnya lempung dapat mereduksi gelombang tsunami, disamping itu juga kepadatan vegetasi mangrove tersebut yang terdiri dari batang, cabang dan akar, contoh mangrove spesies Kandelia candel (Quartel 2007).

Faktor yang menentukan mangrove dapat mereduksi tsunami meliputi : lebar hutan, kemiringan hutan, kerapatan pohon, diameter pohon, proporsi biomassa di atas permukaan tanah yang terdapat di akar, tinggi pohon, tekstur tanah, lokasi hutan, tipe vegetasi dataran rendah yang berdekatan dengan vegetasi mangrove, keberadaan habitat tepi pantai (padang rumput padang lamun, terumbu karang, bukit), ukuran dan kecepatan tsunami, jarak dari kejadian tektonik, dan sudut datang tsunami yang relatif terhadap garis pantai (Alongi 2005).

Efektivitas mangrove tergantung kerapatan, besaran dan akar tanaman. "Hasil kajian teman-teman, mangrove cukup efektif, kalau ketebalannya antara 150 meter sampai 200 meter bisa mengurangi ketinggian tsunami 50 persen, jadi cukup efektif,". Hal itu disampaikan pakar tsunami dari Badan Pengkajian Penerapan Teknologi (BPPT) Widjo Kongko di sela Ekspedisi Desa Tangguh Bencana (Destana) Tsunami 2019, di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, Selasa (40/7/2019).

Simulasi bagaimana Mangrove Mereduksi Dampak Tsunami pada Pesisir dapat dilihat pada Video berikut ini

Video Simulasi Mangrove Mereduksi Gelombang Tsunami

Menurut Widjo, mangrove memiliki dampak positif. Selain ramah lingkungan, keberadaan mangrove juga dapat meningkatkan ekonomi masyarakat di sekitarnya. Menurut Widjo penanaman mangrove harus terus didorong untuk melindungi pantai. "Mereduksi bukan berarti menghilangkan semuanya. Bisa juga menggunakan bukit pasir (untuk mengurangi dampak tsunami,". 

Dalam Studi Dini Purbani, dkk Tahun 2013 tentang KEMAMPUAN EKOSISTEM MANGROVE DALAM MEREDUKSI TSUNAMI DI TELUK LOH PRIA LAOT PULAU WEH ditemukan hasil bahwa : Genangan akibat tsunami menutupi semua penggunaan lahan dengan luas sebaran 427, 69 ha dan setelah direduksi dengan ekosistem mangrove, maka luas genangan menjadi 290, 77 ha. Terjadi pengurangan sebesar 1, 47%. Hal itu dapat dilihat pada Peta - peta berikut ini

Peta Ekosistem Mangrove
Peta Reduksi Tsunami I
Peta Reduksi Genangan

Sehubungan dengan Itu, Maka Budidaya Mangrove pada Pesisir Pusat Permukiman Rawan Tsunami dapat Berdampak Positif melindungi Pantai dengan mereduksi Energi Tsunami sekaligus mengurangi Tingkat Rendaman Kawasan Akibat Tsunami.

Biwara menyebutkan beberapa antisipasi untuk menghadapi tsunami besar. Ada dua upaya, yakni mitigasi strukutural dan non-struktural. Upaya struktural adalah membangun rumah tahan gempa, penataan ruang, dan memberikan edukasi soal ancaman dan potensi gempa maupun tsunami. Lalu upaya non-struktural adalah masyarakat diharapkan bisa memahami kondisi dan situasi saat gempa dan tsunami besar melanda.

Cara Budidaya Mangrove 

  • Pemilihan Lokasi Lahan Penanaman

Lokasi penanaman pohon mangrove dapat dilakukan dan dipilih berdasarkan tujuan yang ingin dicapai. Beberapa tujuan penanaman pohon mangrove di antaranya sebagai penahan sedimen, penguat pematang, penanaman tambak Silvofishery, pemulihan lahan hutan mangrove, atau sebagai rekonstruksi lahan untuk konservasi.

  •  Pemetaan Lahan untuk Ditanam

Sebelum dilaksanakan penanaman mangrove, haruslah terlebih dahulu dilakukan pemetaan lahan dengan cara survey secara langsung melalui pengumpulan data berupa waktu pasang surut, jarak surut terendah, jenis sedimen, dan perizinan serta sosialisasi ke masyarakat sekitar.

Selain itu juga bisa dikombinasikan dengan pemetaan secara jauh melalui software seperti Google Map yang memungkinkan untuk melihat lokasi lahan dari atas dan memperkirakan luasnya.

Data yang diperoleh dari pemetaan tersebut akan mempermudah dalam menentukan pola tanam, jarak tanam, penempatan titik patok penanaman mangrove, serta pengelolaan penanaman benih pohon mangrove di lapangan nantinya.

  • Penyiapan Bibit

Bibit mangrove dapat diperoleh dari mengumpulkan buah mangrove untuk dijadikan bibit dan tingkat keberhasilan menanam mangrove menggunakan biji adalah sekitar 20-30%. Selain itu bibit mangrove juga bisa didapat dengan cara menyemai dan teknik ini memiliki tingkat keberhasilan lebih tinggi sekitar 60-80%. 

Setelah bibit didapatkan, maka perlu diperhatikan beberapa cara menanam mangrove jika dilihat dari kondisi lingkungan tempat menanamnya. Pastikan tanah untuk menanam mangrove lapang dan datar, lalu pastikan juga air laut tidak surut sehingga tidak memerlukan penyiraman terlalu sering.

  • Pembibitan dan Penanaman

Setelah bibit ditemukan, tentu langkah selanjutnya sebagai cara budidaya mangrove adalah membibitkan dan menanam. Pembibitan mangrove bisa menggunakan polybag atau plastik, lalu disimpan terlebih dahulu selama 5-7 hari di tempat yang teduh.  

Penanaman benih mangrove dapat dilakukan dengan pola penanaman tunggal dengan satu titik patok penanaman hanya diletakkan satu benih mangrove, biasanya hal ini dilakukan untuk penanaman yang rapat. Pola lainnya adalah pola penanaman bertumpuk dengan satu titik patok penanaman lebih dari satu benih mangrove yang ditanam, hal ini biasanya dilakukan pada penanaman yang jarak tanamnya lebar sekitar 2 hingga 4 meter dengan tujuan konservasi atau restorasi lahan.  

Titik patok merupakan langkah yang sangat penting untuk dibuat karena akan memudahkan dan sebagai panduan bagi anggota atau peserta kegiatan nantinya untuk menanam benih dan benih juga akan tertata dengan rapi.  

Penanaman benih dilakukan dengan cara menggali lubang sedikit lebih lebar dari ukuran polybag benih dan kedalamannya dapat menutupi hingga batang benih setidaknya terbenam hingga 5 cm.

  • Proses Pertumbuhan Mangrove

Mangrove bisa tumbuh dan berkembang menyesuaikan dengan faktor lingkungan yang menjadi faktor penting dalam mendukung pertumbuhan mangrove.

  • Tahap Pemeliharaan yang Tepat

Tahap memelihara mangrove adalah dengan membuat penyangga pada untuk menyokong tumbuh mangrove baru. Tahapan pemeliharaan ini dapat dilakukan dengan membuat katu atau bambu yang ditalikan pada batang tanaman lalu ditancapkan di sekitar tanaman mangrove tumbuh.

Tidak ada komentar