Amplifikasi Gempa Bumi Dalam Penilaian Tingkat Dampak Kerusakan Infrastruktur
Dampak gempa tidak hanya dipengaruhi magnitudo gempa dan jaraknya dari sumber, tetapi kondisi tanah sangat menentukan guncangan gempa kuat, sedang, dan ringan. Dimana terjadi kerusakan parah, sedang dan ringan. Dimana terjadi likuefaksi dan longsor akibat gempa ( serc.carleton.edu)
Lapisan tanah yang lunak dapat menyebabkan getaran gempa yang lebih besar dibandingkan dengan lapisan tanah yang lebih keras pada waktu dilewati oleh gelombang gempa. Efek inilah yang disebut dengan amplifikasi atau penguatan gelombang gempa (Solikin dan Suantika,2008).
Penguatan getaran atau gelombang permukaan dapat diindikasikan oleh tinggi rendahnya amplitudo gelombang seismik. Dengan mengetahui besar kecilnya nilai amplitudo yang menyertakan amplifikasi gempa bumi, maka peta sebaran amplifikasi atau penguatan getaran gempa bumi dibuat.
Kandungan frekuensi dan amplitudo gelombang gempabumi, yang menjalar dari batuan dasar (bedrock) kepermukaan bumi akan berubah saat melewati endapan tanah (Sedimen). Proses ini dapat menghasilkan percepatan yang besar terhadap struktur dan menimbulkan kerusakan yang parah, terutama saat frekuensi gelombang seismik sama dengan resonansi frekuensi struktur bangunan buatan manusia.
Dalam Studi yang dilakukan di SUBANG Jawa Barat oleh Nani Setiani, dkk yang mana mereka melakukan pengukuran dan pemetaan Amplifikasi untuk melihat Resiko Kerentanan Terdampak Gempa Bumi menemukan Hasil. Zona Merah ini memiliki penguatan/amplifikasi getaran gempabumi tinggi (4-5 kali). Pada zona ini, lapisan sedimen lunaknya (soft soil) tebal. Apabila lokasinya dekat dengan sumber gempabumi, zona ini memiliki kerawanan tinggi hingga sangat tinggi.
Zona Hijau ini memiliki penguatan/amplifikasi getaran gempabumi sedang (2-4 kali). Pada zona ini, lapisan sedimen lunaknya (soft soil) tidak terlalu tebal. Apabila lokasinya dekat dengan sumber gempabumi, zona ini memiliki kerawanan sedang hingga tinggi terhadap terjadinya kerusakan wilayah jika terlanda gempabumi.
Daerah Kunig yang memiliki kerentanan
rendah terhadap terjadinya kerusakan wilayah jika terlanda gempabumi. Zona ini
memiliki penguatan/amplifikasi getaran gempabumi rendah (1-2 kali). Pada zona
ini, lapisan sedimen lunaknya (soft soil)
tipis.
4. Kenapa di Surabaya getarannya terasa keras? Peta intensitas dari @USGS ini menunjukkan kota Surabaya menerima getaran 5 MMI. 1 magnitudo (10x) lebih tinggi dibanding pantura Jawa Timur umumnya.
Penyebab? Kota ini berdiri di sedimen berusia sangat muda secara geologis pic.twitter.com/sxDP6Ahhij
Tidak ada komentar