Cerpen Karya Siswa : Kompas Penunjuk Arah Jalan Pulang
Pengantar Oleh guru Mata Pelajaran : Kita tau bahwa Kompas adalah bentuk lain Orientasi Penunjuk arah dari apa yang dipahami dari Komponen Peta.
dalam Pembelajaran di Mana LKPD di Rancang agar Melalui Cerpen Peserta didik Mampu Menganalisis dan Menyimpulkan Fungsi dan Pemanfaatan Peta atau Komponen peta dalam Kehidupan sehari-hari....
Cerpen di Adalah hasil kerja siswa dari Level 3 Pembatik 2024 yang di Rancang saya Menerapkan MultiMedia Pembelajaran Interaktif ( MPI ) pada bahan Ajar CANVA. dan hasil karya siswa melalui Cerpen ini adalah salah Satu Bentuk Hasil Interaktif dari MPI tersebut.
Sekarang mari kita Lihat Cerpennya...
Kompas Penunjuk Arah Jalan Pulang
Karya : Anastasya Salamony
Di sebuah desa kecil yang dikelilingi oleh hutan lebat, sekelompok anak Pramuka tengah bersiap-siap untuk petualangan akhir pekan mereka. Dengan penuh semangat, mereka mengemasi ransel, memasukkan peta, kompas, makanan ringan, dan perlengkapan lainnya. Pemimpin mereka, Kak Budi, memberikan instruksi terakhir sebelum mereka berangkat.
"Jangan lupa, selalu gunakan kompas dan peta untuk memastikan kita tidak tersesat," pesan Kak Budi dengan tegas.
Keesokan harinya, mereka memulai perjalanan mereka. Hutan itu indah dengan pepohonan tinggi dan suara burung yang merdu. Awalnya, perjalanan berjalan lancar. Mereka mengikuti jalur yang telah ditetapkan dan sesekali berhenti untuk mempelajari flora dan fauna di sekitar mereka.
Namun, ketika mereka mendekati tengah hari, cuaca mulai berubah. Awan gelap berkumpul di langit, dan tak lama kemudian hujan turun dengan deras. Jalur yang mereka ikuti menjadi berlumpur dan licin. Di tengah kebingungan dan upaya untuk mencari tempat berlindung, mereka menyadari bahwa mereka telah menyimpang dari jalur yang seharusnya.
"Apa yang harus kita lakukan, Kak?" tanya salah satu anak dengan suara gemetar.
Kak Budi mencoba menenangkan mereka. "Kita harus tetap tenang. Kita akan menggunakan kompas dan peta untuk menemukan jalan kembali."
Namun, karena hujan lebat, peta mereka basah dan sulit dibaca. Kak Budi mencoba menggunakan kompas untuk menentukan arah, tetapi mereka tetap kesulitan menemukan jalan yang benar. Setelah beberapa saat, mereka akhirnya menemukan sebuah tempat yang cukup kering untuk berteduh. Mereka memutuskan untuk beristirahat sejenak sambil memikirkan langkah selanjutnya.
Saat mereka beristirahat, salah satu anak, Siti, melihat sesuatu yang aneh di tanah. "Kak, lihat ini!" katanya sambil menunjukkan sebuah kompas kecil yang tergeletak di tanah.
Kompas itu tampak tua, tetapi masih berfungsi dengan baik. Kak Budi merasa aneh, tetapi dia memutuskan untuk menggunakannya. Ketika dia memegang kompas itu, jarumnya bergerak dengan pasti, menunjukkan arah yang jelas.
"Dengan ini, kita bisa menemukan jalan keluar," kata Kak Budi dengan penuh keyakinan.
Mereka mengikuti arah yang ditunjukkan kompas tersebut. Meskipun medan yang mereka lalui cukup sulit, kompas itu selalu menunjukkan arah yang benar. Setelah beberapa jam, mereka akhirnya melihat cahaya matahari yang menembus pepohonan dan mendengar suara sungai yang akrab. Mereka tahu bahwa mereka telah mendekati desa.
Ketika mereka akhirnya keluar dari hutan, mereka disambut dengan sorak-sorai dari penduduk desa yang khawatir. Orang tua dan teman-teman mereka berlari menghampiri dengan penuh kebahagiaan dan kelegaan.
"Bagaimana kalian bisa menemukan jalan keluar?" tanya salah satu orang tua.
Kak Budi menjelaskan tentang kompas tua yang mereka temukan. Penduduk desa terkejut dan berkata, "Itu adalah kompas milik kakek saya yang hilang bertahun-tahun yang lalu. Dia seorang penjelajah yang hebat. Sepertinya kompas itu telah membantu kalian."
Mereka semua merasa kagum dan bersyukur. Petualangan yang awalnya menakutkan itu akhirnya menjadi kenangan yang tak terlupakan. Sekelompok anak Pramuka itu belajar bahwa dalam situasi sulit, ketenangan dan kerjasama adalah kunci untuk menemukan jalan keluar.Di sebuah desa kecil yang dikelilingi oleh hutan lebat, sekelompok anak Pramuka tengah bersiap-siap untuk petualangan akhir pekan mereka. Dengan penuh semangat, mereka mengemasi ransel, memasukkan peta, kompas, makanan ringan, dan perlengkapan lainnya. Pemimpin mereka, Kak Budi, memberikan instruksi terakhir sebelum mereka berangkat.
"Jangan lupa, selalu gunakan kompas dan peta untuk memastikan kita tidak tersesat," pesan Kak Budi dengan tegas.
Keesokan harinya, mereka memulai perjalanan mereka. Hutan itu indah dengan pepohonan tinggi dan suara burung yang merdu. Awalnya, perjalanan berjalan lancar. Mereka mengikuti jalur yang telah ditetapkan dan sesekali berhenti untuk mempelajari flora dan fauna di sekitar mereka.
Namun, ketika mereka mendekati tengah hari, cuaca mulai berubah. Awan gelap berkumpul di langit, dan tak lama kemudian hujan turun dengan deras. Jalur yang mereka ikuti menjadi berlumpur dan licin. Di tengah kebingungan dan upaya untuk mencari tempat berlindung, mereka menyadari bahwa mereka telah menyimpang dari jalur yang seharusnya.
"Apa yang harus kita lakukan, Kak?" tanya salah satu anak dengan suara gemetar.
Kak Budi mencoba menenangkan mereka. "Kita harus tetap tenang. Kita akan menggunakan kompas dan peta untuk menemukan jalan kembali."
Namun, karena hujan lebat, peta mereka basah dan sulit dibaca. Kak Budi mencoba menggunakan kompas untuk menentukan arah, tetapi mereka tetap kesulitan menemukan jalan yang benar. Setelah beberapa saat, mereka akhirnya menemukan sebuah tempat yang cukup kering untuk berteduh. Mereka memutuskan untuk beristirahat sejenak sambil memikirkan langkah selanjutnya.
Saat mereka beristirahat, salah satu anak, Siti, melihat sesuatu yang aneh di tanah. "Kak, lihat ini!" katanya sambil menunjukkan sebuah kompas kecil yang tergeletak di tanah.
Kompas itu tampak tua, tetapi masih berfungsi dengan baik. Kak Budi merasa aneh, tetapi dia memutuskan untuk menggunakannya. Ketika dia memegang kompas itu, jarumnya bergerak dengan pasti, menunjukkan arah yang jelas.
"Dengan ini, kita bisa menemukan jalan keluar," kata Kak Budi dengan penuh keyakinan.
Mereka mengikuti arah yang ditunjukkan kompas tersebut. Meskipun medan yang mereka lalui cukup sulit, kompas itu selalu menunjukkan arah yang benar. Setelah beberapa jam, mereka akhirnya melihat cahaya matahari yang menembus pepohonan dan mendengar suara sungai yang akrab. Mereka tahu bahwa mereka telah mendekati desa.
Ketika mereka akhirnya keluar dari hutan, mereka disambut dengan sorak-sorai dari penduduk desa yang khawatir. Orang tua dan teman-teman mereka berlari menghampiri dengan penuh kebahagiaan dan kelegaan.
"Bagaimana kalian bisa menemukan jalan keluar?" tanya salah satu orang tua.
Kak Budi menjelaskan tentang kompas tua yang mereka temukan. Penduduk desa terkejut dan berkata, "Itu adalah kompas milik kakek saya yang hilang bertahun-tahun yang lalu. Dia seorang penjelajah yang hebat. Sepertinya kompas itu telah membantu kalian."
Mereka semua merasa kagum dan bersyukur. Petualangan yang awalnya menakutkan itu akhirnya menjadi kenangan yang tak terlupakan. Sekelompok anak Pramuka itu belajar bahwa dalam situasi sulit, ketenangan dan kerjasama adalah kunci untuk menemukan jalan keluar.
Tidak ada komentar