Dunia sedang bergerak menuju Energi Bersih dan Berkelanjutan dalam mengurangi emisi Lingkungan dan mereduksi laju perubahan iklim dan pemanasan global. Indonesia sebagai negara di urutan 19 Ekonomi terbesar Dunia juga turut terlibat dalam peran tersebut. Sebagai Negara di Khatulistiwa, Indonesia dianugerahi berbagai jenis sumber daya Alam.
Provinsi Maluku yang merupakan bagian dari Indonesia berlokasi di sisi Timur Indonesia dan menjadi Provinsi Kepulauan juga memiliki kewajiban dan tanggung jawab yang sama dalam mendukung Program energi bersih dari Pemerintah. Salah satunya mengenal potensi Energi Panas Bumi di Kepulauan Maluku.
Provinsi Maluku sendiri secara Geologis berada di Busur Akhir Jalur Pegunungan Api Aktif dari Sirkum Mediterania yang membentang dari Aceh hingga Banda Maluku. Bentangan Sirkum inilah yang menjadikan Maluku termasuk daerah Potensial dari Energi Panas Bumi yang kita kenal sebagai energi geothermal
Dalam Data yang dihimpun pada Peta Sebaran berikut ini, jelas terlihat Sebaran dan Indikasi Potensi dari Cadangan Panas Bumi baik di Kabupaten Buru, Buru Selatan, Ambon, haruku, Pulau Seram termasuk Kepulauan Banda
Peta Sebaran Potensi Sumber Daya Energi Panas Bumi di Kawasan Maluku
Kabupaten Buru selatan Sendiri Cadangan Mungkin diperkirakan 25 MWe dengan Potensi Cadangan Hipotetik 6 MWe yang berlokasi di Kawasan Kapala Madan.
Kabupaten Buru Sendiri Cadangan Mungkin diperkirakan 14 MWe dengan Potensi Cadangan Spekulatif 45 MWe yang berlokasi di Kawasan Dataran Waeapo. Pembanunan Infrastruktur Energi disini sementara dalam pengerjaan.
Di Pulau Ambon Cadangan Mungkin diperkirakan 23 MWe dengan Potensi Cadangan terduga 6 MWe dan terbukti hanya 2 MWe.
Pulau Banda Potensi Cadangan Spekulatif 30 MWe.
Pulau Haruku Potensi Cadangan Spekulatif 25 MWe dengan Potensi Cadangan Hipotetik 30 MWe.
Sekitar Air Besar Supulessy Pulau Seram Kabupaten Maluku Tengah Potensi Mungkin diperkirakan 35 MWe.
Sekitar Haruru Pulau Seram Kabupaten Maluku Tengah Potensi Mungkin diperkirakan 20 MWe engan Potensi Cadangan Hipotetik 22 MWe.
Sekitar Waikaka Pulau Seram Kabupaten Seram Barat Potensi spekulatif diperkirakan 35 MWe engan Potensi Cadangan Hipotetik 15 MWe.
di Kutip dari Laman Kementerian ESDM, Pembangkit yang digunakan untuk meng-konversi fluida geothermal menjadi tenaga listrik secara umum mempunyai komponen yang sama dengan power plants lain yang bukan berbasis geothermal, yaitu terdiri dari generator, turbin sebagai penggerak generator, heat exchanger, chiller, pompa, dan sebagainya. Saat ini terdapat tiga macam teknologi pembangkit panas bumi (geothermal power plants) yang dapat mengkonversi panas bumi menjadi sumber daya listrik, yaitu dry steam, flash steam, dan binary cycle. Ketiga macam teknologi ini pada dasarnya digunakan pada kondisi yang berbeda-beda.
- Dry Steam Power PlantsPembangkit tipe ini adalah yang pertama kali ada. Pada tipe ini uap panas (steam) langsung diarahkan ke turbin dan mengaktifkan generator untuk bekerja menghasilkan listrik. Sisa panas yang datang dari production well dialirkan kembali ke dalam reservoir melalui injection well. Pembangkit tipe tertua ini per-tama kali digunakan di Lardarello, Italia, pada 1904 dimana saat ini masih berfungsi dengan baik. Di Amerika Serikat pun dry steam power masih digunakan seperti yang ada di Geysers, California Utara.
- Flash Steam Power PlantsPanas bumi yang berupa fluida misalnya air panas alam (hot spring) di atas suhu 1750 C dapat digunakan sebagai sumber pembangkit Flash Steam Power Plants. Fluida panas tersebut dialir-kan kedalam tangki flash yang tekanannya lebih rendah sehingga terjadi uap panas secara cepat. Uap panas yang disebut dengan flash inilah yang menggerakkan turbin untuk meng-aktifkan generator yang kemudian menghasil-kan listrik. Sisa panas yang tidak terpakai ma-suk kembali ke reservoir melalui injection well. Contoh dari Flash Steam Power Plants adalah Cal-Energy Navy I flash geothermal power plants di Coso Geothermal field, California, USA.
- Binary Cycle Power Plants (BCPP)BCPP menggunakan teknologi yang berbeda dengan kedua teknologi sebelumnya yaitu dry steam dan flash steam. Pada BCPP air panas atau uap panas yang berasal dari sumur produksi (production well) tidak pernah menyentuh turbin. Air panas bumi digunakan untuk memanaskan apa yang disebut dengan working fluid pada heat exchanger. Working fluid kemudian menjadi panas dan menghasilkan uap berupa flash. Uap yang dihasilkan di heat exchanger tadi lalu dialirkan untuk memutar turbin dan selanjutnya menggerakkan generator untuk menghasilkan sumber daya listrik. Uap panas yang dihasilkan di heat exchanger inilah yang disebut sebagai secondary (binary) fluid. Binary Cycle Power Plants ini sebetulnya merupakan sistem tertutup. Jadi tidak ada yang dilepas ke atmosfer.
Keunggulan dari BCPP ialah dapat dioperasikan pada suhu rendah yaitu 90-1750C. Contoh penerapan teknologi tipe BCPP ini ada di Mammoth Pacific Binary Geo-thermal Power Plants di Casa Diablo geothermal field, USA. Diperkirakan pembangkit listrik panas bumi BCPP akan semakin banyak digunakan dimasa yang akan datang. Khusus untuk PLTP binary cycle, BPPT telah merancang-bangun dan menguji prototype PLTP Binary Cycle kapasitas 2KW dengan menggunakan fluida hidrokarbon sebagai f1uida kerjanya. Selain itu BPPT telah merencanakan kegiatan Pengembangan PLTP Skala Kecil 2010-2014 yang meliputi 2 kegiatan utama, yaitu, pengembangan PLTP Binary Cycle dengan kapasitas 1 MW (target 2014) melalui tahapan prototipe 2KW (2008) dan pilot project 100KW (2012), serta pengembangan PLTP teknologi condensing turbine dengan kapasitas 2-5 MW (2011 dan 2013).
Pembangkit dengan sistem uap kering (dry steam) merupakan rancangan paling tua dan sederhana. Dalam sistem ini uap panas bumi bersuhu 150 °C atau lebih langsung digunakan untuk memutar turbin. Jumlah PLTP yang menggunakan teknologi ini paling sedikit, dikarenakan memerlukan sistem yang memproduksi uap air kering, yaitu uap air yang bersih dari kondensasi air (dalam bentuk cair). Walau begitu teknologi ini paling efisien dan hanya memerlukan fasilitas yang sederhana. Setelah The Geysers di California digunakan selama 30 tahun, produksi uap semakin menurun seiring habisnya cadangan air. Sehingga untuk mengembalikan ke kapasitas semula, air tambahan yang berasal dari instalasi pengolahan limbah air dipompa ke dalam sistem. Teknologi pengisian kembali ini dikembangkan pada tahun 1990-an dan 2000-an. Di Indonesia, teknologi panas bumi ini dipakai di PLTP Darajat dan PLTP Karaha Bodas di Jawa Barat.
Model Pembangkit uap kering
Tidak ada komentar