Head Line Terkini

Mengenal Sejarah Maluku

Maluku memiliki sejarah yang panjang mengingat daerah ini telah dikuasai bangsa asing selama kurang lebih 2300 tahun lamanya dengan didominasi secara berturut-turut oleh bangsa Arab, Portugis, Spanyol, dan Belanda serta menjadi daerah pertempuran sengit antara Jepang dan Sekutu pada era Perang Dunia ke II.

Menurut penyelidikan geologis, Kepulauan Maluku terbentuk antara 150 juta hingga satu juta tahun yang lalu dengan Seram sebagai pulau tertua.

Hingga kini, masyarakat Ambon-Lease menganggap bahwa moyangnya berasal dari Nunusaku di Seram, sementara masyarakat Kei menunjuk Seram dan Papua. Selain Seram dan Papua, penguasa-penguasa desa atau negeri seperti raja pun banyak yang menambahkan Jawa dan Bali sebagai asal mereka. Meskipun demikian, sumber penelitian mencatat bahwa penduduk asli Maluku sekarang berasal dari berbagai bangsa asing yang mendatangi Maluku untuk menetap atau sekadar singgah. Suku-suku bangsa yang memasuki sebagian besar Kepulauan Melayu juga menyinggahi Maluku. Mereka adalah bangsa Austromelanesia, terdiri dari Negrito dan Wedda yang mendiami pedalaman, dilanjutkan oleh Proto-Melayu, Deutero-Melayu, dan terakhir Mongoloid. Banyak dari mereka menyinggahi pulau-pulau besar seperti Seram, membentuk Alifuru. Dari pulau-pulau besar tersebut, mereka menyebar ke pulau-pulau sekitarnya.

Budaya Batu Tua terpusat di bagian tengah (Maluku Tengah) dan timur Seram. Sebagian besar penemuan berupa alat-alat serpih dan sedikit peralatan besar seperti kapak perimbas dan kapak penetak.

Kebudayaan Batu Madya di Maluku hadir bersamaan dengan masuknya bangsa Austromelanesia. Batu Madya meninggalkan jejak berupa peralatan kasar dari batu dan tulang serta gua yang dapat ditemukan di Seram, Buru, Banda, Kei, Aru, dan Tanimbar. Kesenian pun dimulai pada zaman ini, dilihat dari lukisan gua yang bernuansa merah dan putih. Penyebaran lukisan gua terbatas di Seram, Buru, dan Kei. Corak lukisan beragam berdasarkan daerah sebarannya. Cap tangan tersebar di ketiga wilayah. Corak ikan terdapat di Seram dan Buru; pola geometris terdapat di Buru dan Kei; corak binatang kadal dan cicak terdapat di Seram dan Kei. Seram tidak memiliki corak khasnya sendiri; corak khas Buru meliputi manusia menari, arah mata angin, perahu, dan lingkaran, sedangkan corak khas Kei berupa matahari dan topeng manusia. Kini, masyarakat Maluku menganggap gua-gua berlukisan tersebut keramat dan tidak dapat dimasuki tanpa upacara adat.

Gambar Lukisan gua corak kadal di Kaimana, Papua, serupa dengan yang ada di Seram dan Kei.

Seiring dengan dikenalnya pertanian, zaman ini meninggalkan berbagai jenis kapak yang terbagi menjadi dua jenis, kapak empat persegi panjang di Saparua yang tebal dan berpenampang lintang trapesium serta kapak lonjong di Ambon, Letti, Seram, dan Tanimbar. Terdapat sebuah situs kebudayaan Batu Muda di Ay. Hingga kini, kapak-kapak tersebut masih disimpan penduduk setempat sebagai benda gaib bernama batu guntur atau biji guntur. Batu pemali merupakan salah satu contoh kebudayaan Batu Besar yang masih dilestarikan hingga sekarang. Batu tersebut umumnya terletak di puncak atau di dekat baileo masing-masing negeri atau desa. Di Kei, Batu Besar dilestarikan dalam bentuk siran, kuburan para raja dan pemimpin desa yang digunakan sebagai tempat musyawarah desa. Kepercayaan Ngumat dan Wadar Metu yang juga berasal dari Kei pun memiliki akar dari Batu Besar, serupa dengan kepercayaan asli yang ada di Maluku Tengah.

Di Maluku Tengah dan Maluku Tenggara, kelompok masyarakat berdasarkan kekerabatan tersebut membentuk matarumah/ub yang kini menjadi fam di kawasan yang tinggi atau pegunungan. Beberapa matarumah ini akan membentuk sebuah kampung kecil atau soa/rahanjam yang nantinya akan menyatu dengan soa lainnya membentuk hena atau aman, kini disebut sebagai negeri lama/ohoiratun. Negeri-negeri lama tersebut nantinya akan dipaksa turun ke pesisir menjadi negeri sejak zaman Portugis hingga puncaknya pada masa Perusahaan Hindia Timur Belanda. Negeri-negeri lama ini membentuk uli atau persekutuan negeri. Di Maluku Utara yang menerapkan bentuk kerajaan, terdapat dua uli, yaitu Uli Lima di bawah Ternate dan Uli Siwa di bawah Tidore. Sementara itu, di Maluku Tengah, uli disebut sebagai pata; terdiri dari Pata Lima yang terdiri dari lima negeri dan Pata Siwa yang terdiri dari sembilan negeri. Di Maluku Tenggara, keduanya disebut berturut-turut sebagai Lor Lim dan Ur Siu. Meskipun Uli Lima dan Uli Siwa berasal dari Maluku Utara, pengaruhnya meluas hingga Maluku, misalnya Kerajaan Huamual yang meliputi Seram Barat dan Buru termasuk dalam Uli Lima.

Peta Kesultanan Ternate (Uli Lima) berhasil menguasai sebagian besar Provinsi Maluku sekarang

Tidak ada komentar