Perkembangan Tektonik Pulau Papua
Fakta
unik lainnya tentang Papua yaitu:
1. Merupakan salah satu daerah yang memiliki tektonika yang
paling kompleks di dunia
2. Kelimpahan sumber daya alam berupa emas, perak tembaga atau
mineral ekonomis lainya
3. Memiliki pemandangan alam yang sangat indah
Tektonik Papua, secara umum dapat
dibedakan menjadi dua bagian, yaitu Badan Burung atau Papua bagian timur dan
Kepala Burung atau Papua bagian barat
Kebanyakan fitur yang terbentuk di daerah papua terjadi pada mas Cenozoic
sebagai hasil dari obligue convergence
Tatanan Tektonik Kepala Burung Papua
Lempeng Kepala Burung adalah lempeng tektonik minor yang berada di Semenanjung Doberai di ujung barat pulau Papua. Hillis dan Müller meninjaunya akan bergerak bersamaan dengan Lempeng Pasifik. Lempeng Kepala Burung dianggap tidak berhubungan dengan Lempeng Pasifik.
Lempeng tersebut memisahkan Lempeng Australia dan Lempeng Maoke. Berbatasan dengan Lempeng Caroline dan Lempeng Laut Filipina di utara, sedangkan Lempeng Halmahera di barat laut, Tabrakan Zona Laut Maluku di barat daya, dan Lempeng Laut Banda di selatan.
Daerah Kepala Burung mengalami kompresi ke selatan sejak Oligosen sampai Resen.
Kompresi ini merupakan hasil interaksi konvergen miring (oblique) antara
Lempeng Benua Indo-Australia dan Lempeng Samudera Pasifik-Caroline (Dow dan
Sukamto, 1984).
Daerah New Guinea dapat dibagi atas 3 daerah tektonik, yaitu:
1. Daerah New Guinea bagian barat yang terletak di sebelah
barat West Melanesian Trench di utara dan Tarera Fault di selatan). Aktivitas
tektonik yang mendominasi daerah ini adalah aktivitas transform fault system
(Tarera dan Sorong faults system) yang terjadi karena plate Pacific yang
bergerak kearah barat terhadap plate India- Australia.
2. Daerah New Guinea bagian tengah yang dibatasi oleh West
Melanesian Trench dan Tarera Fault disebelah barat, dan Mid Bismark Fault
disebelah timur. Aktivitas tektonik yang mendominasi daerah ini adalah subduksi
lempeng Pacific kebawah lempeng India-Australia kearah selatan di New Guinea
Trench.
3. Daerah New Guinea bagian timur yang terletak di sebelah
timur Mid Bismark Fault. Aktivitas tektonik yang mendominasi daerah ini adalah
tumbukan berupa subduksi dengan beniff zona yang berlawanan (di sebelah barat
sudah berubah menjadi tumbukan yaitu di pegunungan Jaya Wijaya.
Kenampakan
penting yang ada di Pulau Irian antara lain:
1. Palung New Guinea di utara pulau Irian (subduksi dari
utara), palung West Melanesian jauh di utara Papua New Guinea (subduksi dari
utara), dan palung Port Moresby di selatan Papua New Guinea (subduksi dari
selatan).
2. Sesar Mid Bismark di utara Papua New Guinea, yang walaupun
submarine terlihat jelas dari seismisitasnya.
3. Deretan gunung api di Papua New Guinea (lepas pantai utara)
yang melengkung ke utara (subduksi dari selatan ke utara)
4. Aktivitas seismik di Northern Highland lebih tinggi daripada di Southern Highland (Irian)
Pulau
Papua secara administratif terletak pada posisi 130o19’ BT – 150o48’ BT dan
0o9’ LS – 10o43’ LS. Pulau ini terletak di bagian paling timur dari Indonesia
yang berbatasan langsung dengan Papua Nugini. Papua merupakan ekspresi
permukaan dari batas utara deformasi blok kontinen Australia dan Lempeng Pasifik.
Pulau Papua sering dikatakan sebagai “Mutiara dari Timur” karena kekayaan
alamnya yang melimpah dan memiliki lansekap yang sangat indah.
Pulau
Papua adalah salah satu daerah yang secara tektonik adalah zona kompleks yang
sulit untuk diamati. Salah satu fitur geologi yang menjadi bukti bahwa Papua
adalah zona yang kompleks adalah: - Bentuk Pulau Papua yang bentuknya mirip
seperti Burung - Raja Ampat (terumbu karang, Laut dangkal) - Puncak Jayawijaya
(Titik tertinggi di Indonesia, Non-vulkanik) - Grasburg Field - Tangguh Field
Pulau Papua sendiri merupakan daerah yang sangat kompleks secara geologi yang melibatkan interaksi antara 2 lempeng, yaitu Lempeng Australia dan Lempeng Pasifik. Geologi Papua sangat dipengaruhi oleh dua elemen tektonik yang saling bertumbukan dan serentak aktif pada Zaman Kenozoikum. Adanya aktivitas tektonik pada miosen akhir ini yang menyebabkan pola struktur pada pulau ini menjadi sangat rumit dan khas.
Menurut Smith (1990), perkembangan Tektonik Pulau Papua dapat dipaparkan sebagai berikut:
Periode Oligosen sampai Pertengahan Miosen
(35– 5 juta tahun yang lalu)
Pada bagian
belakang busur Lempeng Indo-Australia terjadi pemekaran yang mengontrol proses
sedimentasi dari kelompok Batugamping Papua Nugini selama Oligosen – Awal
Miosen dan pergerakan lempeng ke arah utara berlangsung cepat dan menerus.
Keadaan Pulau Papua
Pada 30 ma Middle Oligocene
Pada bagian
tepi utara Lempeng Samudera Solomon terjadi aktivitas penunjaman, membentuk
perkembangan Busur Melanesia pada bagian dasar kerak samudera selama periode 44
– 24 juta tahun yang lalu. Kejadian ini seiring kedudukannya dengan komplek
intrusi yang terjadi pada Oligosen – Awal Miosen seperti yang terjadi di
Kepatusan Bacan, Komplek Porphir West Delta – Kali Sute di Kepala Burung Papua.
Selanjutnya
pada pertengahan Miosen terjadi pembentukan ophiolit pada bagian tepi selatan
Lempeng Samudera Solomon dan pada bagian utara dan Timur Laut Lempeng
Indo-Australia. Kejadian ini membentuk Sabuk Ofiolit Papua dan pada bagian
kepala Burung Papua diekspresikan oleh adanya Formasi Tamrau.
Pada Akhir
Miosen terjadi aktivitas penunjaman pada Lempeng Samudera Solomon ke arah
utara, membentuk Busur Melanesia dan ke arah selatan masuk ke lempeng
Indo-Australia membentuk busur Kontinen Calc Alkali Moon – Utawa dan busur
Maramuni di Papua Nugini.
Periode Miosen Akhir –
Plistosen (15 – 2 juta tahun yang lalu)
Mulai dari
Miosen Tengah bagian tepi utara Lempeng Indo-Australia di Papua Nugini sangat
dipengerahui oleh karakteristik penunjaman dari Lempeng Solomon. Pelelehan
sebagian ini mengakibatkan pembentukan Busur Maramuni dan Moon-Utawa yang
diperkirakan berusia 18 – 7 Juta Tahun yang lalu. Busur Vulkanik Moon ini
merupakan tempat terjadinya prospek emas sulfida ephitermal dan logam dasar
seperti di daerah Apha dan Unigolf, sedangkan Maramuni di utara, Lempeng
Samudera Solomon menunjam terus di bawah Busur Melanesia mengakibatkan adanya
penciutan ukuran selama Miosen Akhir.
Keadaan Pulau Papua
pada 15 ma Midle Miocene
Pada 10
juta tahun yang lalu, pergerakan lempeng Indo-Australia terus berlanjut dan
pengrusakan pada Lempeng Samudra Solomon terus berlangsung mengakibatkan
tumbukan di perbatasan bagian utara dengan Busur Melanesia. Busur tersebut
terdiri dari gundukan tebal busur kepulauan Gunung Api dan sedimen depan busur
membentuk bagian “Landasan Sayap Miosen” seperti yang diekspresikan oleh Gunung
Api Mandi di Blok Tosem dan Gunung Api Batanta dan Blok Arfak.
Kemiringan
tumbukan ini mengakibatkan kenampakan berbentuk sutur antara Busur Melanesia dan
bagian tepi utara Lempeng Australia yang diduduki oleh Busur Gunung Api Mandi
dan Arfak terus berlangsung hingga 10 juta tahun yang lalu dan merupakan akhir
dan penunjaman dan perkembangan dari busur Moon – Utawa. Kenampakan seperti
jahitan ditafsirkan dari bentukan tertutup dari barat ke timur mulai dari
Sorong, Koor, Ransiki, Yapen, dan Ramu – Zona Patahan Markam. Pasca tumbukan
gerakan mengiri searah kemiringan ditafsirkan terjadi sepanjang Sorong, Yapen,
Bintuni dan Zona Patahan Aiduna, membentuk kerangka tektonik di daerah Kepala
Burung. Hal ini diakibatkan oleh pergerakan mencukur dari kepala tepi utara
dari Lempeng Australia.
Keadaan Pulau Papua
Pada 5 ma Early Pliocene
Kejadian
yang berasosiasi dengan tumbukan busur Melanesia ini menggambarkan bahwa pada
Akhir Miosen usia bagian barat lebih muda dibanding dengan bagian timur.
Intensitas perubahan ke arah kemiringan tumbukan semakin bertambah ke arah
timur.
Akibat
tumbukan tersebut memberikan perubahan yang sangat signifikan di bagian cekungan
paparan di bagian selatan dan mengarahkan mekanisme perkembangan Jalur Sesar
Naik Papua. Zona Selatan tumbukan yang berasosiasi dengan sesar serarah
kemiringan konvergensi antara pergerakan ke utara lempeng Indo-Australia dan
pergerakan ke barat lempeng Pasifik mengakibatkan terjadinya resultante NE-SW
tekanan deformasi. Hal itu mengakibatkan pergerakan evolusi tektonik Papua
cenderung ke arah Utara – Barat sampai sekarang.
Kejadian
tektonik singkat yang penting adalah peristiwa pengangkatan yang diakibatkan
oleh tumbukan dari busur kepulauan Melanesia. Hal ini digambarkan oleh irisan
stratigrafi di bagian mulai dari batuan dasar yang ditutupi suatu sekuen dari
bagian sisi utara Lempeng Indo-Australia yang membentuk Jalur Sesar Naik Papua.
Bagian tepi utara dari jalur sesar naik ini dibatasi oleh batuan metamorf dan
teras ophilite yang menandai kejadian pada Miosen Awal.
Perbatasan
bagian selatan dari sesar naik ini ditandai oleh adanya batuan dasar
Precambrian yang terpotong di sepanjang Jalur Sesar Naik. Jejak mineral apatit
memberikan gambaran bahwa terjadi peristiwa pengangkatan dan peruntuhan secara
cepat pada 4 – 3,5 juta tahun yang lalu (Weiland, 1993).
Selama
Pliosen (7 – 1 juta tahun yang lalu) Jalur lipatan papua dipengaruhi oleh tipe
magma I, yaitu suatu tipe magma yang kaya akan komposisi potasium kalk alkali
yang menjadi sumber mineralisasi Cu-Au yang bernilai ekonomi di Ersberg dan Ok
Tedi.
Selama
pliosen (3,5 – 2,5 juta tahun yang lalu) intrusi pada zona tektonik dispersi di
kepala burung terjadi pada bagian pemekaran sepanjang batas graben. Batas
graben ini terbentuk sebagai respon dari peningkatan beban tektonik di bagian
tepi utara lempeng Indo-Australia yang diakibatkan oleh adanya pelenturan dan
pengangkatan dari bagian depan cekungan sedimen yang menutupi landasan dari
Blok Kemum. Menurut Smith (1990), sebagai akibat benturan lempeng
Indo-Australia dan Pasifik adalah terjadinya penerobosan batuan beku dengan
komposisi sedang kedalam batuan sedimen diatasnya yang sebelumnya telah mengalami
patahan dan perlipatan. Hasil penerobosan itu selanjutnya mengubah batuan
sedimen dan mineralisasi dengan tembaga yang berasosiasi dengan emas dan perak.
Tidak ada komentar