Gempa NIAS Sumatera pada 28 Maret 2005 Magnitudo 8,6
Pada tanggal 28 Maret 2005, atau tiga bulan setelah gempa dan tsunami Aceh, pada pukul 23.09 WIB terjadi pula gempa besar di pulau ini, dengan kekuatan 8,7 SR. Gempa ini tergolong gempa dangkal, yang memiliki kedalaman 30 km di bawah permukaan laut dengan koordinat lokasi 2,0657 LU 97,010 BT. Intensitas maksimum antara VIII – IX (USGS, 2005). Namun tidak seperti yang terjadi pada periode sebelumnya, tepatnya pada 1861, kali ini pengulangan gempanya tidak diikuti oleh tsunami. Atau tsunami yang dilaporkan tidak cukup signifikan (Badrul Mustafa, 2010). Namun kebolehjadian tsunami ini frekuensinya tidak terlalu besar, karena ada 4 (empat) syarat terjadinya tsunami, yakni:
- Episenter berada di dasar laut
- Kekuatan gempa > 6,5 SR
- Kedalaman pusat gempa sangat dangkal (< 30 km)
- Terjadi dislokasi batuan secara vertikal.
Gempa Bumi Sumatra 2005 terjadi pada pukul 23.09 WIB pada 28 Maret 2005. Pusat gempanya berada di 30 km di bawah permukaan Samudra Hindia, 200 km sebelah barat Sibolga, Sumatera Utara, sekitar setengah jarak antara pulau Nias dan Simeulue. Catatan seismik memberikan angka 8,6 skala magnitudo (BMKG di Indonesia mencatat 8,2) dan getarannya terasa hingga Bangkok, Thailand, sekitar 1.000 km jauhnya. Gempa ini adalah gempa terkuat ketiga sejak 1965 di Indonesia.
Energi gempa ini diestimasi setara 5 x 1017 joule (1.4 x 105 gigawatt jam, atau setara dengan 1.2 x 108 ton TNT atau 7486.7 Bom Atom.
Total korban tewas sebanyak 1,314 orang termasuk; 100 orang tewas di Nias, 200 tewas di Kepulauan Banyak; 3 tewas, 40 luka-luka di kawasan Meulaboh. Tsunami setinggi 3 meter merusak pelabuhan dan bandara di Simeulue. Ketinggian tsunami setinggi 2 meter terpantau di pantai barat Nias dan 1 meter di Singkil dan Meulaboh, Sumatera. Dikutip dari https://www.kompas.com/ informasi dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM, gempa ini mengakibatkan lebih dari 1.000 orang meninggal dan 2.391 lainnya luka-luka.
Gempa dirasakan (MMI VIII) di Gunungsitoli dan (MMI VII) di Teluk Dalam, Nias Selatan, (MMI VI) di Banda Aceh dan Medan, (MMI V) di Padang dan Palembang, (MMI IV) di Jambi; (MMI III) di Bengkulu. Dalam data Pusat Layanan United State Geology Survey (USGS) Gempa ini dirasakan Hingga 8,5 MMI
Getaran terasa di beberapa provinsi di Sumatra: Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Bengkulu dan Palembang. Gempa selama lima menit tersebut memutuskan aliran listrik dan telepon di sebagian pulau Sumatera. Getaran juga terasa di Malaysia, Singapura, Sri Lanka, dan Thailand. Tsunami yang kecil juga tercatat terjadi di Pulau Cocos milik Australia namun terletak dekat dengan Sumatra.
Dalam Penjelasan USGS, Gempa bumi tanggal 28 Maret 2005, M 8,6 di Sumatera utara, Indonesia, terjadi sebagai akibat dari patahan gaya dorong pada antarmuka lempeng Australia dan lempeng Sunda dan disebabkan oleh pelepasan tegangan yang berkembang saat lempeng Australia tersubduksi di bawah lempeng Sunda yang utama. Lempeng Australia mulai turun ke mantel di Palung Sunda, yang terletak di barat daya pusat gempa. Di lokasi ini, palung merupakan ekspresi permukaan antarmuka lempeng antara lempeng Australia dan lempeng Sunda.
Di wilayah gempa, lempeng Australia bergerak ke arah timur laut dengan kecepatan sekitar 50 mm/tahun relatif terhadap lempeng Sunda. Hal ini menyebabkan konvergensi miring di Palung Sunda. Gerakan miring dibagi menjadi patahan dorong, yang terjadi pada antarmuka pelat dan melibatkan slip yang diarahkan tegak lurus ke parit, dan patahan strike-slip, yang terjadi beberapa ratus kilometer timur laut parit dan melibatkan slip yang diarahkan sejajar dengan parit. Gempa bumi tanggal 28 Maret terjadi sebagai akibat dari patahan dorong berorientasi timur laut.
Meskipun biasanya diplot sebagai titik pada peta, gempa bumi sebesar ini lebih tepat digambarkan sebagai tergelincir di atas area patahan yang lebih besar. Peristiwa patahan dorong sebesar gempa bumi 28 Maret 2005 biasanya berukuran sekitar 340 x 125 km (panjang x lebar); pemodelan gempa ini menyiratkan dimensi sekitar 360 x 200 km, sebagian besar mengelilingi hiposenter, dan kemiringan ke selatan.
Gempa bumi tanggal 28 Maret kemungkinan besar dipicu oleh perubahan tegangan yang disebabkan oleh gempa bumi tanggal 26 Desember 2004 (M 9.1). Namun, hal itu terjadi pada segmen patahan 100 mil (160 kilometer) di sebelah tenggara zona pecah gempa Sumatera M 9.1. Sedikitnya 1.000 korban jiwa dan banyak kerusakan akibat guncangan yang terkait dengan peristiwa 28 Maret tersebut; itu juga melahirkan tsunami lokal, ukurannya jauh lebih kecil daripada tsunami dahsyat yang terjadi setelah peristiwa M 9.1 Desember 2004.
Sementara itu, USGS mencatat gempa Nias 2005 ini sebagai gempa terbesar kedelapan di dunia sejak 1900.
Jika saudara jalan-jalan di pantai Nias bagian utara, perlu diketahui bahwa air laut di pantai tersebut sudah surut sejauh dua kilometer pasca-gempa 2005. Tidak ada data ilmiah yang menjelaskan peristiwa ini. Namun, seharusnya sesuai dengan peristiwa Aceh apabila air laut surut akibat gempa, itulah yang menyebabkan tsunami dalam beberapa menit setelah gempa. Namun, puji Tuhan 11 tahun telah berlalu air laut tersebut masih surut. Akibat peristiwa tersebut banyak ikan yang mati dan terumbu karang yang rusak.
Tidak ada komentar