Head Line Terkini

Penurunan Tanah DKI Jakarta

 Lihat Video Pengantar  Artikel


Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengungkap wilayah pesisir Jakarta Utara mengalami penurunan permukaan tanah 2,5 cm per tahun. Artinya, pada tahun 2050, permukaan tanah di Jakarta khususnya Jakarta Utara setidaknya menurun 75 cm dalam kurun waktu 30 tahun ke depan. Referensi lain menyebut rata-rata penurunan muka tanah DKI Jakarta sekitar 7,5 cm per tahun, 3-18 cm karena tidak merata. Dia melanjutkan, penurunan muka tanah sendiri sudah terjadi sejak 1975.

Faktor Penyebeb :
  1. Perubahan penggunaan lahan secara masif dilakukan tanpa memperhitungkan daya dukung wilayah dengan baik. Kondisi Penggunaan Lahan Jakarta dapat di lihat pada Gambar di bawah
Kondisi Permukiman & Pembangunan Jakarta Utara
Kondisi Permukiman & bangunan Jakarta Pusat (Kawasan Monas)
  1. Kondisi di atas menunjukan bahwa pembangunan yang berlebihan tidak terencana dengan baik sejak awal menyebabkan kepadatan berlebihan. Tahun 2020 populasi DKI Jakarta mencapai 10.504.100 jiwa. Angka tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh pertumbuhan alami penduduk tetapi juga dipengaruhi oleh laju urbanisasi yang masuk ke Jakarta selama puluhan tahun terakhir ini. Kondisi ini menunjukan bahwa pemerintah tidak memiliki standar yang jelas terkait dengan Besaran Jumlah Penduduk yang Ideal mendiami suatu wilayah dengan Luasan dan Daya Dukung WilayahnyaHal tersebut di atas berperan dalam pengambilan air tanah, juga Resapan air oleh tanah, Intrusi air laut dan tertutupnya wilayah daratan oleh masa air laut akibat penurunan tersebut.
  2. Pengambilan air tanah oleh penduduk Jakarta. Pengambilan air tanah berlebihan menyebabkan berkurangnya air di dalam tanah dan penurunan tanah di Jakarta. pengambilan air tanah berpengaruh terhadap land subsidence 20% hingga 30%. Pengambilan air tanah berlebihan akibat kebutuhan masyarakat melalui Sumur artesis menyebabkan lapisan air tanah/Aquifer mengalami penurunan hal tersebut disebut penurunan muka air tanah. Kondisi tersebut diperparah dengan jumlah resapan air yang tidak memadai
    Kondisi tersebut relefan dengan kajian ilfiltrasi tanah DKI Jakarta yang hanya tinggal 54,03 mm.
  3. geologi wilayah seperti jenis tanah aluvial. Tanah aluvial tergolong sebagai tanah muda yang terbentuk dari endapan halus. Aluvial adalah tanah yang belum terpadatkan, masih muda. Di utara memang banyak endapan aluvialkonsolidasi natural atau terjadinya pemantapan tanah, yakni ada bagian yang terbentuk dari endapan lengkungan pasir-pasir halus yang kemudian mengeras.. Endapan halus ini rentan terjadi longsor apabila terjadi hujan intensitas tinggi. Likuefaksi juga bisa terjadi ketika ada gempa yang turut menyebabkan penurunan tanah.
  4. penurunan muka tanah terjadi lantaran beban permukaan tanah yang berlebih akibat bangunan tinggi. Dengan begitu, beban permukaan tanah semakin berat dan membebani lapisan di bawahnya.
  5. Berdasarkan catatan kondisi permukaan tanah di Jakarta bagian Utara, hingga saat ini land subsidence sudah mencapai 1.8 Meter, dan akan diperkirakan akan mencapai 3 Meter di tahun 2025. Sementara di bagian Selatan masih tenang-tenang saja walau sudah mengalami ancaman banjir karena Koefisien Daerah Terbangunnya sudah cukup tinggi akibat penyedotan air tanah yang tidak terkendali termasuk adanya gejala sea level rise yang sudah mengancam terang-terangan di bagian utara
Lihat Video Penutup Artikel
Tahun 2050, 35% wilayah Jakarta sudah berada di bawah permukaan laut, ketinggiannya.

Dampak (Sumber Kutipan Berita : https://megapolitan.kompas.com/)


Kepala Pusat Data dan Informasi Kebencanaan BPBD DKI Jakarta Mohammad Insaf mengatakan, tercatat tiga kelurahan di wilayah DKI Jakarta terendam banjir akibat luapan air pasang (rob). "Berdasarkan data hari ini pukul 06.00, ada tiga kelurahan akibat rob di Jakarta Barat, Jakarta Utara, dan Kepulauan Seribu,"
Pertama, tercatat tiga RW di Kelurahan Pluit terendam banjir setinggi 20 sampai 110 sentimeter akibat rob dan tanggul jebol. "Kelurahan Tegal Alur ada 2 RW yang terendam banjir setinggi 5 sampai 15 sentimeter akibat rob,"
Kemudian, ada 4 RW di Pulau Kelapa, Kepulauan Seribu terendam banjir setinggi 10 sampai 30 sentimeter akibat rob. Meskipun demikian, kata Insaf, tak ada warga yang mengungsi akibat banjir rob tersebut.

Terimakasih atas kunjungannya,,, 

Bersama GeoTech Dunia Dalam Genggaman

Salam Geografi.

Jehensa Semuel Makatita, S.Pd

Tidak ada komentar